Air PAM Macet Bikin Mumet
Catatan : Eko Budiyono
Guru Sekolah Dasar
Istriku seorang penjual sarapan di rumah. Setiap hari ia bangun jam 02.00 dini hari untuk mulai masak. Tentu dengan bantuan alarm di HPnya ia bisa bangun jam segitu. Namun, tak seperti biasanya, pagi ini saya dikagetkan dengan suara yang tergopoh dari dapur. “Pak. Bangun, Pak. Airnya mati ini loh,” teriakan istriku dengan lantang. Samar-samar terdengar teriakan itu bak mimpi saja. Kaget dengan suara itu, saya pun bangun sambil menyeka sedikit aliran air yang terasa membasahi sudut bibirku. Oh, ternyata aku ngiler.
Kuraih handphone (HP) di samping bantal dan kulihat penunjuk waktu, ternyata sudah jam 02.15 WIB.
Tak jelas apa tadi teriakan istri, saya bergegas ke dapur menghampirinya. Kutanya, “ada apa gerangan kok kayaknya tadi teriak-teriak?.” Istriku cuma menunjuk kran air yang ada di dapur dengan wajah begitu kesal. "Oh, ternyata air PAM yang selama ini dipakai tidak mengalir," gumamku. Melihat kode dari sang istri, saya pun langsung teringat pada petugasnya. Bergegas saya membuka pintu utama dan mengeluarkan motor untuk menemui petugas PAM. Tentu, aku tak mau kena damprat istri gara-gara air PAM macet. Meski, sebenarnya ini murni bukan kesalahan saya. Maklum, diam-diam saya termasuk komunitas istikomah (ikatan suami takut istri kalau di rumah), bareng dan seangkatan dengan Pemred MediaGuru, Mas Eko Prasetyo.
Dalam perjalanan, pikiranku tak karuan. Andai saja air PAM ini benar-benar macet, pasti saya harus ambil air di sumur tetangga. Bayangan itu selalu muncul dalam benakku.
Tak lama, sampilah di rumah petugas PAM. Nampak dengan jelas pintu rumahnya masih tertutup dan terlihat gelap disekitarnya. Wajar, karena lokasinya di pelosok desa dan masih sangat dini pula bagi warga untuk bangun. Pintu pun ku ketuk dengan ucapan salam, "Assalamualaikum. Kula nuwun." Lalu, terdengarlah jawaban salam dari dalam rumah. Hatiku agak plong karena ada jawaban, minimal yang punya rumah sudah bangun.
Kutunggu beberapa saat untuk dibukakan pintu. Namun, yang keluar justru istrinya. Setelah saya tanyakan keberadaan suaminya, ternyata sedang merantau alias tidak ada di rumah. Saya pun mengutarakan apa maksud dan tujuanku. Meski, seketika itu pikiranku makin berkecamuk dengan bayangan kemarahan istri.
Alhamdulillah, saya dikasih solusi untuk menemui petugas yang lain. Cukup dengan dihubungi via HP ternyata petugas siap siaga dan langsung menuju ke lokasi. Akhirnya tak lama kemudian air pun mengalir dengan lancar seperti sediakala.
Terima kasih buat para petugas yang selalu siaga. Tentu sangat membantu saya karena tak akan dimarahi istri nantinya. Apalagi harus memikul air dalam ember dari sumur tetangga. Hahahaha. (eb)
Pagi kelabu, 20 Desember 2021
Tagur 365#3
Berlangganan Artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar